Sunday, July 24, 2005

W a k t u II

Kutatap jauh kedepan terasa sepi
Dipinggiran malam
Lurus menerawang
Diantara desiran angin dan kelakson kendaraan

Kuterus langkahkan kaki
Berteman terpaan debu musim panas
Tertiup angin malam yang masih kencang
Mataku perih
Dari kejauhan
Suara bising mobil terdengar
Tapi kulihat hanya kelam

Diantara lampu lampu jalan
Langkahku berat
Kucoba terus berjalan
Kaki terasa enggan melangkah
Kadang kubergumam
Kemudian berteriak dan diam

Suasana terasa pekat dan hitam
Kau lihat dari sana
Bulan memancar terang
Penuh ungkapan bukan?
Sayangnya
Aku tak dapat merasakan sinarnya
Gelap tertutup dinding ketenangan
Namun kulihat
redup lampu jalan berbaris rapi
Mengisi kesendirian

Siapapun akan tahu bila ada denganku
Menikmatilah susana itu
Disini, sana atau dimana saja
Pasti mudah menemukan dan rasakan

Aku yakin
Ia tetap bersinar, sabar dan tersenyum
Pun ia tak pernah mengenal kata terpaksa
Menanti sang awan berlalu

Rembulanku
Terangilah malam malam itu
Karena kau tahu
Waktu tak pernah salah menapak hari
Pasti akan menjelang jua

Bila besok sang surya datang
Mengitip dengan sinarnya
Mungkin dapat kunikmati mawar dicakrawala
Agar terobati rasa kesendirian

Rabea Adawea, 25 mei 05

0 comments: