Wednesday, June 20, 2007

Adillah ia lebih dekat pada Takwa


(Berbuat adillah pada diri sendiri awalnya, niscaya sekitarmu memandangmu indah)

Tidaklah hal yang kecil harus diperbesar menjadi gunung membumbung, sedangkan perkara yang besarpun bisa selesai bila menjadikan ia kecil.
Tak ingin hanya kata melimpah laksana dewa menurunkan sabdanya, kemudian menjelma seperti pungguk menyebut bulan diterik musim panas membakar.
Sama hal setumpuk rasa marah bercampur dongkol yang membuncah pecah.
Jam dinding kamar mungilku masih menunjukkan 12,31 Wk, sudah malam memang.
Angin malam yang sejuk tak dapat dinginkan rasa panas hati, buram pada orang yang sudah menginjak keadilan, sedangkan dia sendiri tidak tau apakah sudah pernah berbuat yang terbaik, yah minimal menerima saran sebuah perbaikan.
Tidak pernah ada manusia yang sempurna.
Kalau ia sudah menjadi budak pemuas hati, salah bisa benar berahir dusta, seperti apa yang mereka ingin?
bukan mudah untuk menjelma rasa ikhlas menjadi keadaan, bukan enak menenangkan hati membara.

Hatiku membakar malam, kungin dinginkan walau sejenak, mungkin air mata dapat redakan bara perasaan galau.
Aku rasakan sakit berteman dentum godam dalam kepalaku, ia menjela menjadi amarah kemudian memuncak tinggi bersama sakit yang menjepit, air sungai kesedihanpun mengalir deras luruhkan sakit ini.

Tuhan, mereka tidak pernah tahu bagaimana perasaan hancur yang mereka buat! Aku ingin keluar dari taman indah ini, karena didalamnya terdapat penyakit dengki dan hasud yang selama ini tidak pernah kutemui, tapi sekarang bukan hanya katakata tapi orangnya pun tampak congkak berlenggang tangan dipinggang! Padahal sekelilingku banyak cerdik pandai yang membingkai. Mereka tidak cukup.

Bukannya adanya kita mereka ada?
Harusnya kita bahagia meraka turut rasa
kita tertawa mereka ikut senyum!
Kenapa saat kita tertawa mereka palingkan mata
Malah mereka seakan raja di rumah orang

Tak pernah terjadi, anak kecil dapat berlari sebelum belajar berdiri! Tak ada pemimpin tanpa melalui tanggatangga itu. Kalaupun ada hanya mulutnya saja yang berlari tanpa pernah berhenti, walau dihalau.

Aku heran baru kemarin kurindu hening keadaan danau kasih, sekarang memuncak benci mengalir disetiap urat nadi. Seharusnya memperbaiki diri lebih baik sebelum memberi, ajari diri sendiri sebelum pada lain orang.
Coba perhatikan, adakah seorang bapak ingin membuat anaknya tertekan dan depresi? kan tidak? Adakah ia pernah mengucap pada anak “kalian seperti syetan” padahal entah kapan Syetan itu pernah ia jumpai.
Ah, jangan kau lontarkan perkataan yang membosankan ini.
Orang seperti ini tidak patut menerima perghormatan.
Suatu saat jeritan hati akan mengangkasa
Berujar
Ingin baik tapi bewujud buruk
Suka memuji dihati iri dengki
Senyum dimuka lain dijiwa
Moralitas rendah mengaku dewa
Senang menindas tertawa menyertai
Purapura perhatian padahal cari kesalahan
Tuan, jangan pernah minta dihormati bila tak pernah bercermin diri!

Tuhan, Kau tulis dalam Ayat ayat cintamu,
Perkatan yang baik itu lebih baik dari bersedekah dan beramal namun dibelakang ia menyakiti, aku tak ingin menjadi orang yang selalu beramal baik dimata manusia tapi dimata Sang memberi Pahala hanya kosong belaka.

Tuan, Tahukah kau batu hitam terbakar mentari bercampur debu itu, bila hujan menimpa akan mengikis debu itu tanpa sisa, begitulah balasan bagi orang yang berbuat riak dan menyakiti hati ini.

Tuhan, tak ada tempat mengadu dan mengiba kecuali kepadamu, mudahkan jalanku, jangan kau buat aku menderita dengan keadaan ini. Cukup sudah penghinaan dan tuduhan yang mereka timpahkan! Engkau maha tahu tentang kebenaran. Jangan hukum aku karena kealfaan.

Tuhanku, hatiku masih menyisakan dendam, ia tampak dari raut wajah yang muram.
Kuingin keluar dari sengsara pikiran dan perasaan yang menghimpit, izinkan aku terbang bersma bahagia yang kau janjikan, bukakan jalanku menjadi yang terbaik dimatamu.
Bila masa itu tiba kuingin mengejar kekurangan diri.

Kutunjukkan bahwa tak semestinya keadilan itu dipermainkan, ketahuilah bahwa yang benar itu adalah benar.

Tuhan, kuharap Kau selalu bersamaku.

Syubra, 21 Juni 2007

(sekelumit intuisi pada dua rasa itu)

Wednesday, June 13, 2007

S a b a r


Gundah membuncah
Terjangan prahara
Sejuta kesal berseteru dalam jiwa
Keras bak pualam hitam
Diam bukan berarti hilang rasa hati

12 juni 2007