Thursday, January 4, 2007

Sucikan hatimu


Bila ia termasuk garis hidup yang ditakdirkan! betapa bahagia seseorang dapat meraihnya.
Sungguhpun begitu Indah, mengapa takut untuk menjalan, bukankah ia adalah fitrah?

Allah karuniakan pada setiap anak Adam dapat merasakan lezat dan manisnya.
Mengapa malu untuk bercinta, bukankah cinta adalah sebuah karunia yang tercipta?
Bagaimana seseorang tidak ingin mencinta, bila kau tahu Cinta bukanlah gundah?

Cintailah orang yang dapat mendekatkanmu pada Ilahi, nikmati cinta sebagai rasa syukur, namun jangan Pernah nodai kesucian cintamu pada Rabbi.
Jadikan Kesyukuran atas nikmat yang Allah beri menambah cintamu pada-Nya.

Mungkin seperti itulah seharusnya "tak mudah untuk mencintai" sebab cinta adalah keputusan bukan sekedar ungkapan rasa dan simpati.
Ia lebih menyentuh pada kesiapan dan kemampuan dalam memberi, memberikan hati dan pikiran pada Sosok cinta berlandaskan keteguhan hati dan kesucian pikiran.
Kesiapan dan kemampuan untuk membagi, bukan hanya waktu, tapi memperhatikan, menumbuhkan, merawat dan melindungi.
Kesiapan dan kemampuan untuk berkorban, bagaimana kau dapat ucapkan bila keindahan dan nikmatnya telah kau raih namun tak kunjung jua ketaatan datang, padahal kau telah mengaku Cinta?
Benar kata pujaangga Cinta harus berbukti, buktinya adalah kebaikan dan kebajikan yang kita ukir dan serahkan pada kita cintai, agar ia dapat tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik dan bahagia.
Cinta hadir tak pernah mengenal ruang dan waktu
Ia selalu hadir kapan saja, dimana dan menyapa
Bahkan apa yang tertulis dalam baitbait adalah bukti bagaimana harus menterjemahkannya.

Kata Orang, Karena Cinta, hidup pun berubah. Mengerti rasa rindu dan duka.
Pertanyaan tentang rindupun sering bergulir bagai air nil yang mengalir.
Kau tahu bagaimana Ia hadir bagai angin, memberikan kesejukan sejenak
Kemudian pergi dengan bergantinya waktu.
Tapi Ia tidak seperti embun yang selalu datang diwaktu pagi Kemudian pergi, namun ia pasti akan kembali
Hidup adalah perjalanan dalam episode untuk mengenal cinta.
biarlah waktu akan menyapa
Bukan berarti banyak Embunembun yang selalu hadir dengan mata mata hatinya

Embun Matamu

Dimatamu beribu bintang
Kelap kelip bila kupandang

diwajahnya bulan purnama
Redup sinar selalu ada

Bertutur ramah
Penyejuk mata
peredam bara

Bertahta dalam hati
bersemayam pada jiwa

Jadilah Embun yang selalu menemani Sang pagi"

Rabea Adawea, 24 Des 06


Wanita Shalehah adalah wanita yang selalu siap mendampingi Qawwam dalam jalan dakwah menuju-Nya. Ia adalah bidadari yang Allah turunkan, Penyejuk hati, menghanyutkan batin, ditinggalkan Amanah. Pun Ia adalah yang sangat berjasa, ibu dari generasi Rabbani, tak pernah mengenal lelah menumpahkan sayang demi kebaikan bagi mujahid kecilnya. Bahkan menjadi peneguh jihad dan penebar rahmat dalam bahtera cahaya dunia dan akhirat.

Wanita hebat adalah wanita yang sanggup hidup miskin, cukup dengan nikmat yang allah berikan. Qanaah pada yang ada. Tentu dengan dasar iman yang kuat sehingga rintangan yang menghadang, angin menerpa dapat dilewati dengan matang bahwa apa yang terjadi tidak lepas dari pengawasan Allah.

Wanita bijak adalah yang kaya, baik secara materi atau ilmu, menempatkan semua pada tempatnya dan tidak sombong dengan harta yang Allah titipkan padanya. Jadi, Pilihlah diantara semua. Percayalah, yang baik akan Allah berikan yang terbaik.

Bingkailah satu harapan dalam Frame kehidupan dengan sosok yang mungkin dianggap tepat, baik fisik, akhlak dan kebiasaan. Menjalani hidup adalah sebuah kewajiban. Percaya Baik menurut Allah dan tepat menurutmu. Mulailah memperbaiki diri, menguatkan niat dan membulatkan tekat.
Semua telah disiapkan untuk kita. Bagaimana mempersiapkan diri menjemput Ia datang?
Tentu menjemput adalah kata yang sangat tepat bagi kita karena ia telah diciptakan. Hanya datangnya saja kita tidak mampu menembus tabir itu.
Ketakwaan dan keimanan diri, menjadi lebih baik dari kemarin. Agar kita termasuk orang orang yang beruntung.

Berhentilah berharap kepada manusia. Tumbuhkan ikhtiar pada Sang penggenggam alam jagad raya. Allah jua yang tepat menjadi tempat menggantungkan bintang-bintang harapan. Karena Dia tidak pernah lupa dan salah pada ketetapan-Nya.

Dini hari, 4 Januari 07